Sisi Lain Saat Wanita Memandang PERSIB
Klub sepakbola satu ini memang sudah tak asing lagi ditelinga saya, ibu
saya, ayah saya, nenek saya apalagi adik laki-laki saya (Ilham Ami***in). Bukan karena kami
berasal dari tatar Sunda tapi saya yakin masyarakat dari Sabang sampai Merauke
pun mengenal klub sepakbola satu ini. Kebesaran nama PERSIB sendiri tak lepas
dari peran para fans setianya. Bobotoh, begitu mereka mendeklarasikan diri
mereka selaku PERSIB lovers.
Para Bobotoh, sebutan untuk
fans fanatik yang teramat antik menurutku, merupakan fans tersolid sepanjang
sejarah dunia persepakbolaan Indonesia, ini juga menurutku. Meski performanya kadang
terhitung biasa saja namun kecintaan para Bobotoh tak pernah surut, bahkan para
Bobotoh tetap setia mengiringi perjalanan setiap laga PERSIB baik kandang
maupun tandang. Apapun hasil akhir setiap laga saya yakin Bobotoh tetap
dengan rasa yang sama untuk PERSIB. Menang adalah hasil skill pemain,
kalah adalah kesalahan wasit. Ya, sesimple itu memang.
Pernah begitu fanatik di tahun 2009-an. Saya pun merasa begitu mencintai klub Maung Bandung ini setengah mati.
Bahkan rela bolos dari pesantren hanya untuk menonton tim kesayangan tanding
kadang tak mengerti dengan apa yang dipikirkan saat itu. Karena jika
dipikir-pikir sekarang, ko ngga habis pikir dulu bisa sampai begitu fanatiknya.
Ah, dasar pikiran. Tolong untuk pembaca jangan pernah meniru perbuatan saya
yang begitu terlaknat ini.
Meski tak sefanatik dulu, sekarang pun masih tertarik menikmati
jalannya pertandingan PERSIB. Bukan untuk melihat performa PERSIB saat ini,
namun terkadang tak ada pilihan lain, tak ada tontonan yang seru, tak ada acara
dangdut. Haha
Meski dulu sempat fanatik, tapi sumpah saya masih belum faham mengenai aturan-
aturan permainan bola. Kenapa harus tendangan kedalam, lemparan kedalam, kenapa
bisa handsball, kenapa finalty, kenapa harus tendangan keluar, keatas,
kesamping, kebawah, kenapa bisa offside. Ahh sebagai Maung Geulis yang
tidak geulis saya hanya benar- benar menikmati saja, ikut berteriak saat goal,
ikut menggerutu saat peluang didepan gawang tak termanfaatkan dengan baik, bahkan
sering juga ikut memaki wasit saat PERSIB kalah.
Meski tak mengerti aturan- aturan dan teknik dalam permainan bola, tapi
mata selalu pintar mencari penyegaran. Mungkin karena naluri manusia yang
senang melihat keindahan, saat menonton bola pun tak pernah terlepas
memperhatikan pemain yang rupawan, good looking, eyecatching, eye contact
dan eye eye apalah itu. Meski katanya skill tendangan sudut Kim Jefry
luar biasa, faktanya para Maung Geulis lebih memperhatikan senyum Kim yang
mempesona. Sebiasa apapun skill umpan aa Vizcarra dia punya tempat
spesial dihati Maung Geulis.
Begitulah saya.
Tapi saya yakin pendapat saya mewakili 90% para Maung
Geulis di seluruh jagat raya. Kadang wanita menonton bola hanya untuk melihat
pemain- pemain tampan yang berlarian mengejar satu bola, atau kadang
ikut-ikutan pacarnya yang seorang Bobotoh sejati. Sefanatik apapun saya dulu, sumpah
saya ngga pernah rela keluaran duit buat beli tiket nonton di stadion langsung,
“enakan nonton di tv” begitu alasan jika ada yang mengajak nonton di stadion.
Padahal itu sih cuma alasan karena boro-boro ada duit buat ke stadion, buat
jajan “gehu” sampai kenyang pun rasanya belum mampu kala itu.
Pernah satu ketika diajakin nonton langsung pertandingan persahabatan
PERSIB Vs PSGC. Ayo tebak kenapa saya mau diajak nonton?? Di ajak nonton
pacarkah? Dapat tiket gratiskah? Ada waktu luangkah? Tingkat fanatik yang mulai
memuncakkah? Wow.. jawaban kalian ada yang tepat guys, selain karena tampat
tandingnya di Ciamis, saya ditawarin tiket gratis juga, dan how lucky I’am
kestadionnya pun diboncengin temen jadi bener- bener tinggal duduk doang nonton
para pemain lari-larian, paling jajan tahu doang buat ganjel perut.
Kesan pertama nonton langsung di Stadion ya ternyata ngga khusyuk
nonton, banyak pedagang berseliweran, Teh Manis, Es Jeruk, Tahu
Sumedang, Tahu Bulat, Leupeut, Lontong, Bala- Bala dan banyak teman- temannya
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Selain itu, yel- yel para bobotoh
juga tak pernah berhenti bergema di Stadion, bernyanyi, berjoget, manjat pager
pembatas, teriak- teriak, dan kegiatan ekstrem lainnya yang juga tak bisa saya
sebutkan.
Ternyata melihat kegiatan para fans fanatik membuat saya terkesima
sampai lupa memperhatikan para pemain di lapangan. Tau- tau sudah goal, dan
saya hanya celingukan sambil tanya temen disebelah “barusan goal ya? Saha nu
ngagoalkeunna?” ahh kacau ternyata menonton langsung di Stadion, memang benar
enakan nonton di TV. Lebih khusyuk, lebih hemat waktu, tenaga dan low budget. Cocok
untuk saya yang penuh perhitungan, hahha
Itulah PERSIB dimata saya, pernah fanatik, pernah biasa aja, bahkan
pernah satu musim tak pernah menonton satu kali pun pertandingan mereka.
Bijaklah menjadi Bobotoh, cintai sewajarnya. Fanatik boleh gobl*k jangan ya guys. Ngga
lucu kalo sampai terjadi pertumpahan darah antar suporter. Memalukan.
Buat cukur rambut ngemis ke orang tua, buat nonton ke stadion yang
jarak nya ribuan kilometer ada, aneh kan? Jadi Bobotoh tu yang
pinter. Tinggalkan sejenak nonton PERSIB saat ibu teriak minta di belikan
terasi dan gula ke warung, da angger nu nyambel di imah mah ema maneh. Sekian pepatah singkat dari Marina Teguh. Salam
cinta, kasih dan sayang guys,,,,love you all.
Penulis : Teh Inot
Gambar : pinterest.com
0 Response to "Sisi Lain Saat Wanita Memandang PERSIB"
Post a Comment